0
Posted by aafiahhhh on 04.42
percakapan antara saya dan mace'
mace : kenapa kau cuek sekali sama cowok kah? tidak peduli begitu
fiah   : de'eh, begitu mentong pembawaanku saya
mace : Tapi kau kelewatanko, sembarang mubilangi orang
fiah  : astaga! itu ji sembarang kubilangi kalo nabilangi tong ka, kutau tonji bedakan mana yang main-main mana yang tidak
mace : (muka sinis) patotoaiko mentongko kau, sombongko
fiah : -__- begitu mentong ja kodong ma.....

sepenggal percakapan yang membuat saya nyesek!
masa dibilangika cuek sekali sama cowok, ndak pedulian, sombong sama maceku sendiri :((
atau kelewat cuek mentongka? perasaan tidak, yang ada pemaluka malah. susahka nyaman sama cowok jadi begituma bukannya sombongka. sebenarnya siapa yang patotoai kah?? saya atau mace x.x
sifat itu kadang ada yang susah untuk diubah, seperti sifat pemali, minder, atau krisis PD, dan itu yang saya alami saat ini -_-
tapi ada hikmah yang bisa saya petik :), pendapat Beliau saya cuek dan tidak pedulian, ya saya mengerti. lain kali saya akan lebih memperbaikinya :D

0

ANAK-ANAK LAMPU MERAH

Posted by aafiahhhh on 06.03
hidup itu kejam ya....
di saat kita merasa kekurangan, di luar sana masih ada yang mengais rezeki dengan begitu sulit. di saat kita merasa tidak dicukupi kebutuhannya oleh orang tua, anak-anak di luar sana dengan senang bernyanyi demi sesuap nasi.
prihatin....
di tengah terik matahari mereka mencari nafkah dengan menyanyi, ada yang suaranya pas-pasan dan ada pula yang benar-benar pintar menyanyi. pernah suatu waktu saya begitu trenyuh mendengar lagu si anak malang "kami bernyanyi di sini karena negeri yang kaya ini masih dijajah" sepenggal bait tadi menyentakkan saya kembali ke dunia nyata bahwa negeri ini memang belum merdeka seutuhnya. kenyataan memang pahit jika kita tak bisa memaknainya.
mereka dengan menekan urat malu berdiri di lampu merah menenteng botol minuman sambil menyanyi sesuka hati berharap ada orang yang prihatin, atau tidak, harapan terbesar mereka ada seorang produser yang menawari mereka rekaman, tapi itu 1:1000. kasihan pasti ada.. tapi kalau harus berbuat baik terhadap setiap pengamen dalam waktu dekat kita juga akan seperti mereka. pemerintah semestinya menyediakan wadah untuk anak-anak yang masih di bawah umur seperti mereka. mereka kadang sampai malam menyanyi menghabiskan suara demi beberapa lembar ribuan yang bagi orang kaya tak berarti. mana empati kalian????
saya bukan orang kaya, saya cuma negeluarkan unek-unek saya dan keprihatinan saya tentang nasib mereka, dan saya harap suatu saat mereka bisa lebih baik lagi :)


0

Musik Terapi Kesehatan Otak

Posted by aafiahhhh on 05.29



Musik ternyata sangat berpengaruh bagi kesehatan otak. Menurut Bunda Atty, peneliti dan pemerhati teknologi otak, pada prinsipnya otak bekerja secara elektrikal dengan bertumpu kepada gelombang frekuensi. Sama seperti musik, dentingan, gesekan, dan nada-nada musik bermain di level gelombang frekuensi. "Otak bekerja dengan listrik yang diukur dengan frekuensi," kata Bunda, belum lama ini.
Bunda mencontokan beberapa gelombang frekuensi. Seperti beta untuk fokus sehari-hari, alpha untuk rileks, theta berguna bagi relaksasi dalam meditasi, atau merenung dan memecahkan masalah, sedangkan delta digunakan untuk tidur.
Lantaran itulah, kesibukan otak harus dibantu dengan fokus, rileks. Dalam kaitan ini musik sangat bermanfaat untuk kerja otak. Musik sangat begitu berguna untuk otak. "Sebuah lagu pasti memiliki memori tersendiri dan berkaitan dengan kerja otak," katanya.
Sementara itu, musisi Keenan Nasution, berpendapat bahwa musik itu berhubungan dengan kehidupan. Keenan menco
ntohkan hubungan frekuensi dengan tumbuh-tumbuhan. "Pertumbuhan sayur yang disimpan di ruang kaca dengan pengaruh musik yang baik atau rock akan berbeda," kata Keenan.
Bagaimana musik menjadi sarana terapi kesehatan. Caranya bisa dengan kegiatan biasa, seperti mendengar musik sebelum tidur, di perjalanan, di ruang keluarga, dan ruang baca. Atau dengan aktivitas hipnoteraphy klinis. Artinya sugesti nilai-nilai positif masuk kedalam otak berbarengan dengan musik.

0
Posted by aafiahhhh on 05.28
terkadang hidup itu memang penuh dengan pilihan yang membuat manusia mengalami "dilema". tak ada manusia yang tidak pernah mengalami yang namanya dilema. karena manusia memang diharuskan memilih, antara yang baik atau tidak, antara yang paling baik dari yang terbaik.
dan saya mengalami itu sekarang, 2 kali mengalami kegagalan masuk PTN, membuat saya belajar apa arti dari memilih yang sebenarnya. mulanya sakittttt, depresi, stres, merasa tak berguna, dan lain lain. tapi dari situ saya belajar bagaimana mengendalikan ego dan emosi hingga tak merugikan orang orang yang menyayangi saya :).
baru kali ini mengalami kegagalan yang mat membuat saya sakit hati dan hampir putus asa, tapi entah mengapa saya tidak ingin menjadi orang yang merepotkan orang lain, padahal aslinya saya memang sangat merepotkan :(((.
padahal kenyataanya bukan hanya saya yang mengalami kegagalan ini, banyak teman-teman di luar sana yang sama nasibnya tapi tetap saja merasa tak berguna


2

untitled

Posted by aafiahhhh on 05.50
Saat pagi mulai beranjak dari peraduannya, saat sang surya digantikan kelam.
Saat kita tak bertemu, saat jarak dan waktu terlalu berbekas, menyisakan secuil rindu di ladang hati. Menuliskan bait bait sajak tak terbatas untuk orang orang itu. Menguras habis air mata kasih untuk mereka yang selalu dan akan selalu dirindukan.

Sepatu kaca itu telah pecah. Menjadi sebuah serpihan yang tak lagi indah. Serpihan yang tak beraturan bentuknya. Tapi tetap akan dikenang sebagai sepatu kaca :) begitu pula aku dan kamu, serta mereka.

Kini malam tak berbintang menghias cakrawala, membentang di jagad raya. Melukis megah di langit kelam, menyusun kenangan untuk pertemuan selanjutnya.

Aku tak mengerti mengapa air dan udara tak bersatu, aku juga tak mengerti mengapa pelangi dan warna itu begitu indah.

Aku tak mengenal siapa yang menciptakanmu, dan aku juga tak berusaha untuk mengetahuinya.

Duniaku dan duniamu. Bagai batas tak berkhayal, membelah langit membentang penghalang, udara begitu pekat di sini, di hatiku yang pilu.

Menyisakan titik titik elegi dalam senja, menarik ulur hati membiarkannya terluka.

Suatu saat, entah kapan. Kau akan menyesal mempermainkan orang yang begitu menyayangimu.

0

MENJEMPUT IZRAIL!!

Posted by aafiahhhh on 23.28

MENJEMPUT IZRAIL!

Aku takut kehilangannya.. tapi aku juga tak bisa melawan takdirnya.
Dia pergi bukan dijemput oleh malaikat Izrail, melainkan melarikan diri mencari malaikat Izrail. Dia sudah gila!, begitu pikirku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa selama dia bukan milikku seutuhnya.
Aku tak tahu apa yang menyebabkan dia menjadi gila begitu, aku selalu dibayang-bayangi wajah dan perkataannya ingin mencari izrail. Siapakah izrail itu sebenarnya?
Termenung, aku termenung di sudut kelam saat ini. Mencoba mencari tahu siapa Izrail itu. Sekedar malaikatkah? Atau makhluk yang sangat fenomenal. Kurenungkan lagi, ahhhh…… kenapa aku harus pusing memikirkan Izrail. Tapi, dia menginginkannya dan aku harus menggagalkan semua itu. Aku takut kehilangannya walaupun dia belum menjadi milikku tapi aku harus menggagalkannya!!. Pikirku.
-----------------
“ahh..” aku menoleh ke sumber suara. Dia terjatuh diantara rerumputan yang tinggi menutupi pandangan mata. Kami sedang berjalan-jalan ke Padang rumput pinggir kota. Dia ingin mencari Izrail di sana, begitu katanya. Walaupun dia gila tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa aku menaruh hati kepadanya. Seseorang yang tak pernah menganggapku ada. Inilah aku, seorang gadis biasa yang sangat kagum terhadap sosok di depanku, aku sangat mengaguminya karena kepintaran dan semua yang dimilikinya. Tapi itu dulu. Keadaan bertolak 180˚ sekarang. Dia tak mempunyai semua yang kuinginkan lagi. Tapi, mengapa aku begitu peduli kepadanya yang sudah setengah gila itu? Ibakah? Atau apa benar aku menaruh hati padanya, begitu yang selalu Ibu katakan padaku.
Kuenyahkan pikiran itu dari memoriku, pipiku terasa panas dan memerah. Setiap memikirkan apapun tentangnya aku selalu merasa panas menjalari seluruh tubuhku, mengepakkan beribu kupu-kupu dalam perutku hingga membuatku lemas, dan aku sendiri tak tahu menahu apa yang menimpaku. Aku menghampirinya. Kusentuh pelan lengannya hingga dia berbalik menatapku. Dia…. Lelaki yang kukenal begitu sabar, aku melihat keteduhan di sinar matanya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Dia seperti orang gila L. Ketampanannya tak lagi membuat gadis-gadis terkesima, kecerdasannya tak membuat para Ilmuwan meliriknya, dan keramahannya tak lagi membuat orang menyapanya. Mungkin inilah yang sering dikatakan orang bahwa “orang yang terlalu pintar, kadang bisa setengah waras”.
“sebenarnya apa niatmu selalu mencari malaikat Izrail Erzal”? tanyaku suatu hari saat aku sedang menemaninya di gazebo. Dia sedang asyik-asyiknya membaca buku yang aku tak tahu berapa tebalnya, dia menutup bukunya lalu memandangku yang membuatku meneguk ludah dan susah bernafas. Kemudian dengan mata menerawang dia menjawab “Tiara, aku harus mencarinya, tidak boleh tidak. Aku sudah menemukan takdirku di buku yang kubaca ini. Di buku ini tertulis bahwa Izrail sebenarnya sangat tidak suka menunggu, dia lebih mencintai orang-orang yang datang secara sukarela kepadanya. Dan aku akan menjadi orang pertama yang suka rela datang kepadanya, malah aku yang akan menjemputnya Ra agar dia tak usah repot-repot lagi” jawabnya seakan menegaskan. Aku memijat kepalaku, berdenyut-denyut rasanya. Darimana pula dia mendapatkan buku itu? Buku yang benar-benar bertentangan dengan agamaku dan agama Erzal? Di Al qur an tidak pernah Allah mengatakan demikian. “darimana kau dapat buku itu Zal”?. “Izrail yang mewahyukannya” katanya, yang membuatku semakin tak karuan. Aku tahu Erzal seorang yang perfeksionis tapi aku tidak sampai berpikiran bahwa dia akan menjadi seperti ini akhirnya. Menggapai impian semu untuk menjemput Izrail. Impossible!!!.
Hari-hariku seakan diracuni olehnya. Dia selalu saja punya cara untuk menaklukkanku dan aku sama sekali tidak bisa menolak, ditegaskan lagi aku tak bisa menolak. Keluarga bahkan teman-temanku tidak percaya seorang Tiara Rosalina Pangestu rela menghabiskan harinya  bersama seorang pria gila, padahal pekerjaanku sangatlah banyak. Aku selalu saja takluk bila memandang matanya. Lelaki yang kukenal karena ketidaksengajaan. Kami bertemu saat sosialisasi kampus 8 tahun yang lalu, sampai sekarang kami masih berteman, yaaa tidak boleh dikatakan berteman juga. Aku tak tahu posisiku sekarang ini. Yang pastinya Erzal sangat spesial untukku.
Hingga suatu hari………
“Tiara… aku mencintaimu” katanya tiba-tiba saat kami berdua sedang menikmati angn sepoi di padang rumput, tempat favoritnya. Aku menoleh, darahku berdesir, organ tubuhku sepertinya tak berfungsi dengan baik, aku lemas, sendi-sendiku tak dapat kugerakkan. Semua kaku. Ya allah!!!.  “aku mencintaimu” ulangnya sekali lagi. Aku tidak salah dengar. Aku sama sekali tak bereaksi, dia pun demikian. Tak ada suara hanya hembusan angin dan desahan nafas kami berdua. Kami saling memandang tanpa berbicara, mata kami yang berbicara. Tiba-tiba, dia memelukku erat, sangat erat hingga rasanya aku sampai lupa bernafas. “Tiara aku sangat mencintaimu, dulu dan sekarang. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemaniku mencari Izrail dan menjemputnya. Dan kita akan sehidup semati selalu” kata-katanya terngiang-ngiang di telingaku hingga membuat kesadaranku pulih. Bullshitt………
Tangan kekar itu mengurungku dalam buminya yang hangat, dekapannya yang selalu kurindu, tapi sekarang dia bukan Erzal yang dulu lagi. Kukerahkan sisa-sisa kekuatanku untuk melepaskan diri. Aku kini telah sadar, walaupun dia berkata cinta padaku itu pasti ada maksud tertentu di balik itu semua. Dia sudah gila karena ingin menjemput Izrail. Aku berlari meninggalkannya, jauh……… dan tak menoleh, aku tak tahu apa yang terjadi dengannya. Mulai sekarang aku akan menutup hatiku untuknya, selamanya, semoga aku bisa. Tak lagi kau memandang ke belakang, aku menyusuri jalanan di depanku dengan wajah berlelehan air mata.
Dan disinilah aku sekarang, di sebuah nisan yang bertuliskan Erzal Maulana Cipta. Dia betul-betul menjemput Izrail dengan cara yang tak diketahui oleh siapa pun, sangat tidak wajar. Antara percaya dan tak percaya. Semua orang mengutarakan tanda tanya besar, sekaligus menyesali kepergian Erzal yang tidak wajar, aku pun demikian sangat menyesali kepergian orang sempat singgah di hatiku dalam waktu lama. Tapi di surat yang ditulisnya acak-acakan dia menegaskan bahwa dia menemukan Izrail dalam tumpukan jerami dan disitu jugalah dia meregang nyawa. Di tumpukan jerami yang ia buat sendiri dan meninggal secara misterius tanpa bekas apapun di tubuhnya. Apakah benar dia menjemput Izrail dan akhirnya Erzal mati secara sukarela karena telah menemukan yang selam ini dicarinya??.. ohh,, lagi-lagi kepalaku berdenyut hebat.



0

“SEONGGOK CERITA SI PEMUNGUT SAMPAH”

Posted by aafiahhhh on 23.11


Tubuh kurus tinggi menjulang, sepasang mata yang juling, kulit yang keriput, gigi-giginya yang jarang, serta senyum mengerikan yang selalu menghiasi wajahnya. Itulah gambaran dari Pak Ahmad. Laki-laki paruh baya yang tinggal di pinggiran sungai dekat rumahku. Dia selalu ceria, tersenyum walaupun aku dapat menangkap kepedihan mendalam di manik matanya. dia selalu dihina dan direndahkan, tapi dia menerima semua itu dengan senyum. Anak-anak sekitar rumahku sering memanggil Pak Ahmad dengan julukan “monster juling”. Sore itu aku melihat Pak Ahmad duduk diam di pinggir sungai dekat gubuknya. Dia memandangi sungai sangat lama, sampai aku pun berpikiran usil. Sebenarnya Pak Ahmad memandangi sungai atau memandangi Ibu Surti?”. Hahahaha, tapi segera kuenyahkan pikiran konyol itu saat mengetahui Ibu kini memandangku dengan alis bertaut, mungkin beliau mulai berpikir Putri sulungnya ini sedang mengalami gangguan.
Hari ini cuaca panas sekali, matahari sepertinya sedang melakukan inovasi ingin membuat makhluk bumi hitam dalam waktu singkat. Kuseret langkahku menuju rumah dengan gontai, tapi pemandangan di depanku membuat tubuhku menjadi tegak. Pak Ahmad sedang mengais sampah-sampah di sungai. Dia terlihat begitu serius, hingga tak sadar akan kehadiranku. Tangannya yang keriput mengangkat sampah-sampah itu ke pinggiran sungai. Padahal seingatku sampah-sampah di sungai itu sangat banyak, sungai itu tak pernah bersih karena para warga sekitar kompleks lebih memililih membuang sampah-sampah ke sungai dibanding membakar atau menguburnya. Dan aku malu mengakui itu, Keluargaku pun demikian, lebih memilih membuang sampah ke sungai. Sementara pemerintah sepertinya tak acuh dengan kehidupan kami. “Pak Ahmad lagi apa?” tanyaku mengagetkan. Dia berbalik memandangku sejenak lalu tersenyum. “ehh Ashilla, Bapak sedang membersihkan sungai ini, bapak ingin sungai ini bisa bersih” katanya datar. Aku tercekat, “Bapak sungguh-sungguh? Apa Bapak tak lihat begitu banyak sampah?, mustahil Pak!” kataku meremehkan, karena memang sangat mustahil untuk melakukan semua itu. Dia tak membalas ucapanku, Pak Ahmad kembali sibuk mengumpulkan sampah-sampah itu dan tak mengacuhkanku. Sial pikirku.
Aku bersungut-sungut sepanjang jalan, merasa tak diacuhkan. Mentang-mentang aku hanya anak 1 SMA yang tak tahu apa-apa, kusentakkan kaki masuk rumah. “aku pulang” teriakku nyaring yang dibalas Ibu dengan teriakan juga memperingatiku agar tak berteriak seenak hati, aku kembali kesal. Sepertinya hari ini hidupku penuh kesialan. Kupandangi luar jendela dan mataku pun tertumbuk pada sosok Pak Ahmad yang duduk di pinggiran sungai, sepertinya dia begitu lelah. Mulutnya yang pecah-pecah kini tampah parah saja. Pak Ahmad itu terlalu baik untuk jadi orang yang teraniaya. Disaat dia niat membantu, para warga malah mencemoohnya. Pak Ahmad yang selama hidupnya tak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan, hidup sebatang kara di gubuk reyot, dan tak ada satupun sanak keluarga yang rela menemaninya. Andai aku jadi dia, mungkin aku akan melakukan segala cara untuk mengakhiri hidupku yang malang itu. Tapi tidak dengan dia, dia dengan senyum terus menghadapi hidup, walaupun sakit sebenarnya hidup diantara orang-orang yang menganggap kita tak ada. Tapi dia berbeda, dia adalah sosok yang begitu tegar, berusaha senyum walaupun sakit, berusaha sabar ketika dihina, dan bertahan hidup di kerasnya ibukota. Air mataku menetes, membuat genangan kecil. Aku menangisi seorang yang tak dianggap, emosi benar-benar meluluhlantahkan hatiku.
Saat menyadari orang-orang di sekelilingmu tak pedulikanmu, apa yang kau perbuat?.
“heii Pak Ahmad, apa kau ingin jadi pahlawan kesiangan? Tidak ada pekerjaan lain sehingga kau berusaha membersihkan sungai? Hhe..” teriak Pak Surya yang terkenal suka mencampuri urusan orang itu. Pak Ahmad berbalik, matanya yang juling memandang ke arah Pak Surya. Dia lalu tersenyum, hanya sebentar. Lalu melanjutkan lagi pekerjaannya. “dasar orang gila, monster jelek!” maki Pak Surya kasar. Pak Ahmad hanya mengelus dada, sementara orang-yang menyaksikan itu memandang Pak Ahmad penuh ekspresi, ada yang menatap iba, menatap jijik, bahkan ada yang melempari Pak Ahmad dengan sampah.
“Shilla, buang sampah yang ada di dapur!”. Aku segera melangkah ke belakang dan menuju sungai. Tapi lagi-lagi aku menyaksikan pemandangan yang membuat perasaanku campur aduk. Pak Ahmad memunguti satu persatu sampah-sampah yang begitu banyak, dengan bau yang menusuk hidung siapapun. Sampah itu hanya buangan masyarakat, tapi mengapa orang ini melakukan hal bodoh yang membuat dirinya makin direndahkan, pikirku. “Nak Shilla mau buang sampah?” tanyanya dengan suaranya yang begitu berat. Aku mengangguk mengiyakan “ya sudah buang di sana saja yah” katanya menunjuk tumpukan sampah yang telah dipungutinya satu persatu, aku menurut. “apa Pak Ahmad tidak merasa sia-sia melakukan ini semua, memunguti sampah satu persatu, lalu menumpuknya, mau  dibawa kemana sampah-sampah itu pak? Tanyaku ikut membantunya memunguti sampah yang tertiup angin, semerbak bau menusuk hidung tercium. “Bapak tidak pernah merasa sia-sia, semua orang bisa bermimpi kan nak? Dan inilah salah satu mimpi bapak dari sekian banyak mimpi-mimpi yang tak sempat terwujud” dia mengatakannya dengan tenang, seolah tak ada beban yang menghimpit dadanya. Aku tidak mengerti dengan ucapannya, kuperhatikan laki-laki di depanku ini. Tubuhnya kini makin menghitam, kulitnya juga makin kasar, jalannya mulai membungkuk, dan yang makin membuatku terenyuh adalah tekadnya yang selalu dianggap rendah.
Sudah sebulan ini Pak Ahmad melakukan aktivitasnya, sungai itu memang terlihat agak mendingan sebelum dibersihkan, senyum Pak Ahmad semakin merekah atas hasil kerjanya. Namun pil pahit kehidupan harus selalu ditelannya bulat-bulat, tiap hati Ia harus mengadapi berbagai celaan dari warga sekitar yang merasa terganggu dengan aksi Pak Ahmad. Aku sendiri? Aku masih tetap pada pendirianku, tak membela siapapun. Walaupun aku tahu dalam hatiku aku lebih tertarik dengan aksi Pak Ahmad.
Sungai yang setiap tahunnya banjir, sungai yang selama 16 tahun aku hidup tak pernah berubah, tetap saja tercemar oleh buangan masyarakat, sungai yang menjadi tempat bermainnya anak-anak kecil sekitar rumahku, sungai yang menjadi impian Pak Ahmad, dan sungai itu pulalah yang nantinya akan membawa petaka.
Aku berjalan sambil mengkhayal, masih mengingat kata-kata guru Agamaku yang begitu membekas. “semua orang itu punya mimpi, punya impian. Dan untuk menggapai impian itu tidaklah mudah, butuh perjuangan. Apakah kalian pernah melihat anak jalanan yang mengemis di lampu merah? Mereka semua punya impian, mungkin hanya impian kecil tapi sangat bermakna. Mungkin impian mereka hanyalah satu “ ya Allah semoga hari ini banyak yang peduli padaku, banyak yang mengasihiku walaupun sebenarnya aku tak mau dikasihani” sangat sederhana tapi itulah impian seorang pengemis. Jadi anak-anak janganlah merusak hidup kalian dengan menghalangi impian seseorang, jadilah pribadi yang bijak dalam mengambil keputusan”. Tiba-tiba aku teringat akan Pak Ahmad yang selama beberapa hari ini tak mengais dan memunguti sampah-sampah di sungai, kemana dia? Kataku bertanya-tanya. Langkahku terhenti di pinggiran sungai, Pak Ahmad benar-benar tak tampak, padahal biasanya kalau jam segini dia suah serius memungut sampah di bawah terik matahari.
“Bu, Pak Ahmad kemana yah, kok Shilla gag pernah liat dia lagi?” tanyaku saat kami sedang makan siang, Ibu hanya menggeleng yang membuatku semakin nelangsa. Ibu memang terkadang terlalu cuek dengan dengan berbagai kejadian yang ada di sekitarnya, berbeda dengan aku yang selalu ingin tahu. Merasa tak mendapat kepuasan dari jawaban Ibu, aku segera ke kamar.
Sungai itu kini tak berpenghuni, bahkan sampah pun enggan untuk menghampiri, sungai itu tiada lagi yang punya. Kemana Pak Ahmad?. Gubuknya pun semakin reyot saja, seingatku aku belum pernah sekalipun mengijakkan kaki di gubuknya yang berada tak jauh dari tempatnya selalu memungut sampah. Tapi di sore itu, entah mendapat kekuatan dari mana aku ingin sekali pergi kesana. Bermodalkan tekad aku pun kini sudah berada di depan gubuk ini. Tak ada siapa-siapa, hanya semilir angin dan bau tak sedap yang segera menyergap hidungku. Pak Ahmad yang selama ini tidak mempunyai teman, membuat dirinya tak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaiki hidupnya. “Assalamu Alaikum” sapaku, tapi tak ada jawaban, kuberanikan diri untuk membuka pintu utama. Pintu itu berdecit nyaring memekakkan telingaku, tapi yang membuat aku makin terenyuh adalah pemandangan di depan mataku. Orang yang selama ini membuatku bertanya-tanya tergolek tak berdaya di atas sebuah ranjang dengan keadaan yang begitu mengenaskan menurutku. Dia begitu kurus, ohh kemana Pak Ahmad yang selama ini selalu semangat menjalani hidup?. Aku berteriak panik, lalu berlari ke hadapannya. Masih dengan tampang panik, aku kembali menangis untuknya, untuk orang secara diam-diam kukagumi atas aksi-aksinya. Dia terbangun, memandangku, lalu tersenyum. “Nak Shilla ngapain kesini?” katanya dengan susah payah, aku hanya bisa membatu di tempatku. “Bapak kenapa?” kataku akhirnya. Dia hanya tersenyum lemah lalu menjawab pertanyaanku dengan susah payah. Aku benar-benar menangis, merasa bisa merasakan penderitaan bapak paruh baya ini. Dia menderita kanker otak, juga komplikasi hingga dia hanya bisa tergolek lemah seperti ini. “cukup sudah Bapak dipandang lemah oleh orang-orang, tapi kali ini biarlah Bapak pergi dengan tenang tanpa perlu dihina” aku melihat butiran kristal keluar dari sana, ya.. dia menangis. Dan baru kali ini aku melihat lelaki yang kukenal kuat itu menangis. Pak Ahmad lalu memberiku sebuah buku tulis yang kusut, mungkin sekusut hatiku saat ini. Aku tak tahu apa isinya yang pastinya sangat berharga karena dalam keadaan sakit pun dia masih menulisinya. Dia kini menutup mata, membentangkan jarak fiktif antara aku dan dirinya. Meregang nyawa menyambut dunia baru yang ada dihadapnya.
Di sinilah aku sekarang, di pinggiran sungai memandang sungai yang sampahnya tak sebanyak dulu lagi. Pak Ahmad benar-benar berhasil mewujudkan impiannya. di tanganku kini ada sebuah buku yang menjadi catatan seorang Pak Ahmad. Dia benar-benar mengajariku arti hidup. Tak pernah kusangka sebelumnya Pak Ahmad mempunyai impian yang begitu banyak. Di halaman pertama tertulis ”aku ingin semua orang mencintaiku dan tak memandangku sebelah mata” sebuah permintaan sederhana namun sangat susah untuk beliau. Di halaman kedua tertulis “aku ingin bermanfaat bagi semua orang, aku ingin membersihkan sungai yang ada di depan gubukku agar tak ada yang terkena imbasnya”, yang sukses membuatku menitikkan air mata. Dihalaman-halaman berikutnya dia menulis segala mimpi dan impiannya. mulai dari ingin membuat rumah yang megah, ingin punya baju lebaran, ingin ke rumah sakit mengobati penyakitnya, dan yang paling membuatku terenyuh di halaman terakhir. “aku ingin meninggalkan dunia ini dengan tenang, aku sudah mewujudkan satu mimpiku, mimpi yang konyol namun sangat berarti bagiku” ditulis acak-acakan, dan ada noda darah di sana. Aku tahu mimpi apa itu, kembali aku menelusuri apa yang ada di hadapku. Inilah satu-satunya mimpi Pak Ahmad yang tersisa dan bisa terwujud walaupun tak sepenuhnya. Dialah yang mengajariku memaknai hidup, memaknai impian, dan mengajariku betapa keras hidup ini. Sungai ini benar-benar tak berpenghuni, hanya angin yang menemaniku, bahkan sampah pun kini enggan terbang menghampiriku. Kulangkahkan kaki meninggalkan tempat ini, aku harap kau bahagia disisinya. Selamat jalan Pak Ahmad J.



NUR’AFIAH
           




0

cuap-cuap

Posted by aafiahhhh on 23.10
cuma ingin sedikit cuap-cuap.
tahun 2012 sepertinya menjadi tahun yang berat buat saya teman-teman :(, dimana di tahun ini saya akan UN, sekali lagi diulang biar ada efek tegang UJIAN NASIONAL!!. nano-nano pastinya, mengingat ini adalah penentu dari segalanya.
tapi dari sekian juta kecemasanku banyak sekali peristiwa menarik ahun ini :). mulai dari ulangtahun yang lumayan mengesankan, hehehe. dll pokoknya.
dan salah satu kejadian yang saya alami dan teman-teman adalah ANAK KELAS XI YANG DENGAN PEDENYA MENULIS STATUS FB "HARI GINI TAKUT SAMA KAKAK KELAS, FUCK" !!!. benar-benar tidak pernah diajari sopan santun sepertinya pemirsahh. kontan dong anak kelas 3 pada berkoar :D.
si tersangka dibawa ke tengah lapangan dan diadili, hahahah malah ada yang berteriak "BAKAR" wuuuu.... seluruh sekolah nonton, guru langsung ambil tindakan buat mengamankan anak tak tahu diri itu, maka dari itu dibawalah dia ke ruang BK. tapi yang membuat dongkol dia tidak mau meminta maaf secara umum. hhhhh.
disibukkan dengan berbagai aktivitas tiap harinya memang menguras tenaga yah :)))
masih pengen cuap-cuap tapi yang di dekat aku sudah mau pulang. errrrrrrrrrrrrrr~ bubbay


Copyright © 2009 NurAfiahprtm All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive | Distributed by Deluxe Templates

Blogger Templates